Senin, 04 November 2013
Rabu, 23 Oktober 2013
princess hours
Rabu, 23 Februari 2011
Princess Hours Episode 1
Tabib istana sedang memeriksa kesehatan Raja. Kemudian, pihak istana mendapat kabar buruk : Raja menderita sakit keras, Neuroglycopenia (penurunan fungsi syaraf otak). Ibu suri berkata pada Ratu, satu-satunya cara menyelamatkan kerajaan adalah segera melangsungkan pernikahan Putra Mahkota, Pangeran Shin dan mengangkatnya menjadi Raja.
Di sekolah, dua orang teman Chae-gyeong, Sun-yeong dan Hee-sung sedang asyik mengamati sebuah buku yang berisi tentang biodata anggota keluarga kerajaan. Mereka sedang mengagumi ketampanan Pangeran Shin. Tiba-tiba Shin Chae-gyeong merebut buku itu hingga akhirnya mereka bertiga berebut buku itu sampai akhirnya buku itu sobek. Tentu saja Sun-yeong marah besar pada Chae-gyeong.
Shin
Chae-gyeong adalah seorang gadis ceria yang bersekolah disini mengambil
jurusan desain. Seperti yang tadi sibuk dibicarakan oleh teman-teman
Chae-gyeong, Pangeran. Pangeran apa? Kalian pasti berpikir kalau dia
adalah seorang laki-laki dari kelas atas kan?
Ini
memang abad 21. Tapi seperti halnya Inggris dan Jepang yang masih punya
Keluarga Kerajaan, di Korea juga masih ada keluarga kerajaan. Keluarga
kerajaan di Inggris dan Jepang masih dipuja-puja oleh rakyatnya. Mereka
juga masih tinggal di dalam istana. Lalu bagaimana keadaan Istana di
Korea? Sayangnya istana adalah tempat yang kosong, bahkan sekarang
keluarga kerajaan sudah terpecah belah. Itulah kenapa, Chae-gyeong
membayangkan kalau keluarga kerajaan itu masih ada. Dengan kata lain,
Chae-gyeong mengajak semuanya untuk membayangkan kalau di dalam Istana
Kerajaan Korea itu ditinggali oleh seorang pangeran tampan bersama
keluarganya. Seorang pangeran tampan yang disukai oleh banyak orang. Apa
kalian penasaran. Nikmatilah "Cerita Khayalan Shin Chae-gyeong" yang
berjudul, "Gung/Istana/Palace".
~~~~~.........~~~~~
Tahun 2006, Sistem pemerintahan Korea, Monarkhi Konstistusional, dimana pemerintahan diatur oleh Keluarga Kerajaan.
Sun-yeong
dan Hee-sung sedang menikmati foto tampan Pangeran Shin koleksi mereka.
Sementara itu, Kang-hyun yang sedang sebuk melukis merasa terganggu
dengan ulah mereka berdua yang sellau bermimpi jadi seorang Cinderella
yang menikahi seorang pangeran. Tiba-tiba Chae-gyeong masuk dan menggoda
mereka. Kang-hyun mengritik penampilan Chae-gyeong yang aneh.
(Chae-gyeong memakai rok sekolah sekaligus celana olahraga yang
panjang). Tapi Chae-gyeong bilang, sebentar lagi, cara berpakaiannya
akan jadi trend. Kang-hyun bertanya apa tugas Chae-gyeong sudah selesai?
Chae-gyeong kaget karna tak tahu kalau tugas itu harus dikumpulkan hari
ini. Ternyata tak hanya Chae-gyeong yang belum menyelesaikan tugasnya.
Sun-yeong dan Hee-sung pun sama saja. Mereka bertiga sama-sama panik.
Sementara
itu, Pangeran Shin datang ke sekolah dengan pengawalan ketat dari para
pengawalnya. Semua gadis di sekolah berseru-seru memanggil namanya dan
berusaha menghampirinya tapi di tahan oleh para pengawalnya. Salah
seorang pengawal ingin mengantarkan Shin sampai ke kelas. Tapi Shin tak
suka. Dia hanya meminta pengawalnya berjaga di luar sekolah saja.
Di
sekolah Chae-gyeong, ada Jurusan Seni, Musik, Tari, Teater dan Film.
Walaupun Chae-gyeong mengambil jurusan desain, tapi dia paling tak suka
kalau disuruh menggambar. (dasar Chae-gyeong aneh...).
Saat
itu, Chae-gyeong sedang asyik menggambar di luar ruangan bersama teman
sekelasnnya. Kang-hyun mengeluh karna keadaan ramai sekali karna
Pangeran ada di sekolah. Chae-gyeong ikut memperhatikan. Tiba-tiba ia
secara tak sengaja bertatapan dengan Shin yang ada di bawah. "Omo...ya
Tuhan, apa dia sedang memperhatikan kita?" kata Chae-gyeong. Kang-hyun
tak bereaksi, sebaliknya dengan Sun-yeong dan Hee-sung yang heboh
karnanya.
Kang-hyun
bilang, semua teman Pangeran berasal dari kalangan atas. Dari anak
pengusaha, juga anak dari pemilik sekolah mereka. Benar-benar grup yang
sempurna dan menarik.
Sementara
di bawah, teman-teman Shin geli melihat kelakukan teman-teman
Chae-gyeong. Kemudian pandangan mereka beralih ke jendela di sebelah,
saat Kang-in berteriak, "Bukankah itu Min Hyo-rin. Dia benar-benar gadis
yang langka". Min Hyo-rin, dari kelas tari balet sedang berdiri di
ambang jendela. Shin memandangi Hyo-rin sambil tertawa senang.
Sementara
itu di dalam kelas balet, Guru balet marah karna anak-anak didiknya
masih ada yang sempat ngemil. Dia marah karna dengan ngemil, mereka akan
kehilangan bentuk badan ideal mereka sebagai seorang penari balet. Bu
Guru menyita semua snack yang masih tersisa dan mengancam mereka. Jika
berat badan mereka naik 1 kilo, brarti mereka harus berlatih tambahan
selama 1 jam. Mereka semua mengeluh.
Shin
sedang berganti sepatunya dengan sepatu olahraga berwarna putih.
Chae-gyeong yang membawa ember yang berisi air bekas menggambar tak
sengaja menabraknya dari belakang dan membuat sepatu putih Shin basah
dan kotor. Chae-gyeong kaget melihat siapa yang ditabraknya. Chae-gyeong
mencoba meminta maaf dan membersihkan sepatu Shin. Tapi Shin tak suka
dan menyuruh Chae-gyeong berhenti membersihkan sepatunya. Shin pun
kembali memakai sepatunya yang tadi dan menendang sepatu olahraganya ke
arah Chae-gyeong dan memerintah Chae-gyeong untuk membuang sepatu itu
lalu segera pergi dari tempat itu.
Tentu
saja Chae-gyeong tak terima dengan perlakuan Shin. "HEI, KAU! Apa kau
pikir kalau jadi Pangeran itu segalanya? Apa aku ini pelayanmu? Dirumah
aku juga seorang Kong-ju (Putri)!" teriak Chae-gyeong. Chae-gyeong
mengambil sepatu Shin dan melemparnya mengenai punggung Shin. Shin
berbalik dan menghampiri Chae-gyeong. Semua orang cemas karna Pangeran
Shin tak pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya. Chae-gyeong sedang
berada dalam masalah besar.
Shin
menghampiri Chae-gyeong. Dan menudingnya. "Kau satu-satunya gadis yang
berani melakukan hal ini padaku. Kau imut dan menarik juga. Aku
menyukaimu" kata Shin. Shin mencoba mendekatkan wajahnya ke arah
Chae-gyeong. Chae-gyeong menutup matanya dan bibirnya menunggu ciuman
Shin. Tapi.......
Ternyata
itu hanya khayalan Chae-gyeong. Dia tak melempar Shin dengan sepatu.
Sepatu Shin masih tergeletak di lantai. Kang-hyun menghampirinya dan
berkata, "Sepertinya kau baru saja melakukan kesalahan". "Untung saja
hari ini aku masih bisa bersabar. Kalau lain kali Shin masih tetap
seperti itu, awas saja dia!" kata Chae-gyeong. Sun-yeong dan Hee-sung
yang baru saja datang langsung berebut sepatu Shin. Dengan santai
Chae-gyeong merebut sepatu Shin dan naik ke lantai atas meninggalkan
teman-temannya.
Chae-gyeong dan teman-teman sekelasnya berlatih menyanyi. Tapi suara merdu teman-temannya kalah dengan suara fals Chae-gyeong. Gurunya berteriak marah pada Chae-gyeong.
Bangunan
B dan C di sekolah Chae-gyeong adalah untuk anak-anak jurusan teater
dan tari. Sedangkan bangunan A adalah bangunan dimana Chae-gyeong dan
teman-temannya berada. Sejak Pangeran Shin bersekolah disitu dan
mengambil jurusan teater, banyak orang yang kemudian ikut mengambil
jurusan itu.
Chae-gyeong
sedang asyik ngemil dan jalan-jalan. Secara tak sengaja dia mendengar
seseorang sedang berbicara. Dia berusaha mengintip. Ternyata Shin
bersama Hyo-rin sedang asyik ngobrol. Chae-gyeong mendengarkan dan
ternyata Shin sedang berusaha melamar Hyo-rin. "Sang Pangeran sedang
melamar gadis pujaannya. Itu pasti akan menjadi berita yang heboh!" kata
Chae-gyeong dalam hati.
Di
rumah Chae-gyeong, Ibu Chae-gyeong marah-marah melihat kamar
Chae-gyeong yang berantakan. Tapi Ayah Chae-gyeong membela putrinya. Ibu
Chae-gyeong menelpon Chae-gyeong. Sementara Ayah Chae-gyeong berusaha
membujuknya untuk tidak marah-marah.
Chae-gyeong
masih asyik menguping pembicaraan Shin dan Hyo-rin. " Ini adalah
kebijakan untuk anggota Keluarga Kerajaan yang memang harus menikah di
usia muda. Dan dalam kasusku, sejak aku jadi seorang pangeran, aku
mungkin harus menikah dengan seorang gadis pilihan orangtuaku.
Setidaknya aku bisa bilang pada mereka kalau aku sudah punya seorang
gadis yang ingin kunikahi. Kita kan sudah berteman dekat. Itu lebih baik
daripada harus menikah dengan seseorang yang tak kukenal" kata Shin.
"Aku
tak ingin merusak persahabatan kita dengan hal semacam ini. Hal itu
pasti penuh dengan tanggung jawab. Dan seperti yang kau tahu, impianku
adalah menjadi seorang balerina terkenal. Aku pasti akan bisa
melakukannya, aku tak ingin menyerah sekarang. Jika aku jadi seorang
putri, bukankah aku harus menyerah dengan semua impianku itu?" jawab
Hyo-rin.
"Gadis
itu sangat keren, aku juga akan melakukan hal yang sama seperti yang
dilakukannya. Siapa juga yang mau menikah dengan Pangeran brengsek
seperti dia" batin Chae-gyeong. Hyo-rin tersenyum. Tapi Shin bersedih
mendengarnya. Kemudian Chae-gyeong merasa sedih melihat tatapan Shin
yang kecewa mendengar penolakan Hyo-rin. Tiba-tiba HP Chae-gyeong
berbunyi. Chae-gyeong kaget. Begitu pula dengan Shin dan Hyo-rin yang
ada di dalam ruangan. Chae-gyeong langsung mematikan HPnya.
Shin keluar dan menemukan Chae-gyeong yang hendak kabur dari tempat itu. "Siapa kau?" tanya Shin. Tapi Chae-gyeong malah bernyanyi seolah tak mendengar perkataan Shin. Shin bertanya lagi apa Chae-gyeong mendengar yang dibicarakannya tadi. Chae-gyeong bilang untuk apa dia mendengar. Apa bangga di tolak seorang gadis. Tentu saja Shin kaget mendengarnya. Itu berarti Chae-gyeong mendengar semua percakapannya.
Chae-gyeong langsung kabur. Shin berteriak melihatnya. "Hei! Celana olahraga! Berhenti!" teriak Shin. Tapi Chae-gyeong tak mempedulikan teriakan itu.
Di rumah, Ibu Chae-gyeong tambah marah karna Chae-gyeong berani mematikan telponnya. Kemudian Ibu Chae-gyeong mengeluh karna ada begitu banyak hutang yang harus dibayar dan Ayah Chae-gyeong tak lagi bekerja. Kemudian tiba-tiba Ibu Chae-gyeong berkata kalau lebih baik mereka bercerai saja. Ayah Chae-gyeong berteriak mendengarnya. "Apa kau gila? Apa kau sakit? Kau selalu saja berkata seperti itu saat kau marah!" teriak Ayah Chae-gyeong. Ibu Chae-gyeong pun diam karnannya.
Tiba-tiba ada tamu datang. Mereka bilang dari kerajaan. Kemudian Ayah Chae-gyeong mempersilahkan tamunya masuk. Ayah dan Ibu Chae-gyeong memberikan foto Kakek Chae-gyeong dan Chae-gyeong.
Mereka datang membawa pesan dari Keluarga kerajaan. Mereka bilang, ada janji yang dibuat antara Raja Seong-jo dengan Tn. Shin (Kakek Chae-gyeong). Mereka membawa dua buah benda. Cincin dan separuh potongan medali. Ayah dan Ibu Chae-gyeong kaget melihat benda itu. Mereka bilang pasangan cincin dan potongan medali itu disimpan Tn. Shin. Jadi mereka menunggu keluarga Shin datang ke istana untuk menyatukan cincin dan medali itu.
"Cincin itu masih ada kan?" tanya orang dari istana. Ayah dan Ibu Chae-gyeong menjawab dengan gugup kalau benda-benda itu masih ada.
Shin keluar dan menemukan Chae-gyeong yang hendak kabur dari tempat itu. "Siapa kau?" tanya Shin. Tapi Chae-gyeong malah bernyanyi seolah tak mendengar perkataan Shin. Shin bertanya lagi apa Chae-gyeong mendengar yang dibicarakannya tadi. Chae-gyeong bilang untuk apa dia mendengar. Apa bangga di tolak seorang gadis. Tentu saja Shin kaget mendengarnya. Itu berarti Chae-gyeong mendengar semua percakapannya.
Chae-gyeong langsung kabur. Shin berteriak melihatnya. "Hei! Celana olahraga! Berhenti!" teriak Shin. Tapi Chae-gyeong tak mempedulikan teriakan itu.
Di rumah, Ibu Chae-gyeong tambah marah karna Chae-gyeong berani mematikan telponnya. Kemudian Ibu Chae-gyeong mengeluh karna ada begitu banyak hutang yang harus dibayar dan Ayah Chae-gyeong tak lagi bekerja. Kemudian tiba-tiba Ibu Chae-gyeong berkata kalau lebih baik mereka bercerai saja. Ayah Chae-gyeong berteriak mendengarnya. "Apa kau gila? Apa kau sakit? Kau selalu saja berkata seperti itu saat kau marah!" teriak Ayah Chae-gyeong. Ibu Chae-gyeong pun diam karnannya.
Tiba-tiba ada tamu datang. Mereka bilang dari kerajaan. Kemudian Ayah Chae-gyeong mempersilahkan tamunya masuk. Ayah dan Ibu Chae-gyeong memberikan foto Kakek Chae-gyeong dan Chae-gyeong.
Mereka datang membawa pesan dari Keluarga kerajaan. Mereka bilang, ada janji yang dibuat antara Raja Seong-jo dengan Tn. Shin (Kakek Chae-gyeong). Mereka membawa dua buah benda. Cincin dan separuh potongan medali. Ayah dan Ibu Chae-gyeong kaget melihat benda itu. Mereka bilang pasangan cincin dan potongan medali itu disimpan Tn. Shin. Jadi mereka menunggu keluarga Shin datang ke istana untuk menyatukan cincin dan medali itu.
"Cincin itu masih ada kan?" tanya orang dari istana. Ayah dan Ibu Chae-gyeong menjawab dengan gugup kalau benda-benda itu masih ada.
Di kelas, Shin tak konsentrasi mendengarkan pelajaran mengenai film. Dia terpikir apa yang pernah dikatakan oleh Ibu Suri. Dia harus menikah dengan seseorang yang sudah dipilihkan oleh kakeknya.
Pulang sekolah, banyak cewek berteriak histeris karna semua cewek ingin berusaha mendekati Shin tapi di tahan oleh para pengawal-pengawalnya. Kang-hyun dan Chae-gyeong berusaha menahan Sun-yeong dan Hee-sung yang ikut-ikutan berteriak histeris.
Hee-sung penasaran dengan gadis yang katanya dijodohkan dengan Shin. Chae-gyeong bilang apa mereka ingin tahu siapa gadis itu? Kang-hyun bilang dari mana Chae-gyeong tahu. Chae-gyeong bilang dia hanya dengar saja. Kemudian dia berusaha kabur pulang ke rumah naik sepedanya.
Shin sedang ada di dalam mobilnya sambil membaca koran yang berisi tentang kabar pernikahannya sambil mendengarkan berita. Tak sengaja dia melihat Chae-gyeong. Jadi dia meminta para pengawalnya untuk berhenti. Shin bertatapan dengan Chae-gyeong. Shin mengancam Chae-gyeong untuk tak menyebarkan apa yang sudah didengar Chae-gyeong. Tiba-tiba ada wartawan yang memfoto mereka. Tentu saja pengawal Shin tak tinggal diam. Wartawan itu pun segera dibekuk. Chae-gyeong bertambah kesal pada Shin.
Ratu bertemu Ibu Suri untuk membicarakan tentang pernikahan Shin. Sebenarnya Ratu kurang setuju dengan pernikahan ini karna Shin sama sekali tak mengenal gadis itu. Kemudian Ibu Suri memperlihatkan surat peninggalan mendiang suaminya. Dalam surat itu tertulis bahwa Kaisar inging menjodohkan Pangeran dengan Putri dari Keluarga Shin untuk membalas jasa Keluarga Shin yang telah menyelamatkan nyawanya. Ratu pun mulai berusaha untuk mengerti dna menghormati keputusan yang diambil oleh Ibu Suri.
Sementara itu di Inggris, Lee Yul dan Ibunya yang tinggal disana sedang mengobrol. Ibunya bilang Shin akan segera menikah. Yul tentu saja kaget mendengarnya. Ibunya bilang karna Ayah Shin sakit-sakitan, jadi dia menikahkan Shin dan akan segera mengangkat Shin menjadi Raja menggantikannya.
Ibu Yul mengatakan pada Yul agar pulang lebih dulu ke Korea. Ada beberapa hal yang harus di persiapkan dulu olehnya. "Sudah 14 tahun berlalu dengan tenang. Ini saatnya untuk beraksi" kata Ibu Yul. Yul menatap ibunya tak mengerti.Yul dan Ibunya termasuk keluarga kerajaan. Tapi mereka sekarang tinggal di luar negeri, tepatnya di Inggris.
Shin sedang asyik dengan iPod-nya saat berbicara dengan Raja dan Ratu. Shin mengamati sebuah surat. "Jadi kau sudah memilih" kata Raja. " Memilih apa?" Shin balik bertanya. "Tentu saja memilih seorang istri" jawab Raja. "Kenapa harus memilih kalau hal itu sudah dipilihkan untukku" kata Shin dengan dingin. "Tak bisakah kau letakkan alat itu dulu!" perintah Raja. Shin pun segera meletakkan iPod-nya.
"Hubungan
mereka itu seperti apa sampai punya perjanjian seperti ini?" tanya
Shin. "Ini adalah perjanjian antara Kakekmu dengan satu-satunya sahabat
terbaiknya" jawab Raja. "Apa benar seorang Raja bisa punya seorang
teman?" kata Shin. "Seja (Putra Mahkota), tingkah macam apa yang kau
tunjukkan pada Ayahmu" Ratu marah melihat kelakuan Shin.
"Seperti
yang kau bilang, sebagian besar Raja kesepian. Itulah kenapa seorang
teman yang sangat mengerti dibutuhkannya. Kakekmu sangat beruntung karna
dia memiliki seorang teman seperti itu dan dia ingin menghadiahi
sesuatu pada teman baiknya itu. Itulah kenapa, dia mengirim cincin dan
medali itu kepada temannya, bersama dengan surat yang ada ditanganmu
sekarang" jelas Raja.
"Ini
benar-benar lucu. 'Perjodohan antara Pangeran dan Cucu dari temanku
yang setia'. Yang dimaksud itu aku kan?" kata Shin membacakan isi surat
yang sedari tadi dipegangnya. "Sebenarnya bukan. Seperti yang kau tahu,
saat perjanjian ini dibuat, kakakku masih hidup. Dan cucu kakek yang
dimaksud, Pangeran yang dimaksud bukan kau melainkan Yul. Sejak kematian
kakakku, aku jadi seorang Raja. Dan sekarang janji itu pun menurun
padamu. Yang paling penting adalah perasaanmu. Aku tak ingin memaksamu
kalau kau tak menginginkannya" jelas Raja. Shin berpikir.
Chae-gyeong
baru sampai rumah dan mendapati keadaan rumahnya yang mirip kapal
pecah. Chae-gyeong menemukan banyak sekali surat tagihan di atas meja.
Salah satunya surat yang menyebutkan bahwa barang-barangnya akan disita
bila Ayah nya tak segera melunasi hutang-hutangnya.
Chae-gyeong
menghampiri Ibunya yang ada di halaman belakang sambil membawa surat
itu. Dilihatnya Ibunya sedang bersedih. "Ibu, apa kau bilang ingin
bercerai dari Ayah lagi? Jangan. Saat kau bilang begitu pada Ayah aku
merasa sangat sakit sekali" kata Chae-gyeong sambil memeluk Ibunya.
Ibunya melepaskan pelukannya karna sesak. Chae-gyeong bertanya itu surat
apa? Ibunya bilang itu hanya surat ancaman seperti biasanya, jangan
terlalu dipikirkan.
Tiba-tiba
Chae-gyeong menggenggam tangan ibunya dan berkata, "Ibu, saat aku
sukses, aku akan menghentikan penderitaan ini. Setelah itu hanya akan
ada hari bahagia. Kumohon percayalah padaku". "Apa yang bisa dilakukan
oleh Putri Shin?" tanya Ibunya. "Aku akan menjadi seorang desainer.
Seorang desainer yang terkenal di seluruh dunia" jawab Chae-gyeong.
"Berhenti bermimpi" kata Ibunya. "Baiklah" jawab Chae-gyeong lesu.
Kemudian ia merayu ibunya untuk membelikannya mesin jahit. Tentu saja
Ibunya menolak mentah-mentah keinginan Chae-gyeong.
Ibunya
menerima telpon dari seseorang. Jadi Chae-gyeong pun masuk ke dalam
rumah. Dilihatnya Ayahnya sedang sibuk mencari sesuatu. Ternyata Ayahnya
sedang mencari cincin pertunangan yang diberikan oleh mendiang Kakek
Chae-gyeong. Ternyata Chae-gyeong ingat dimana dia melihat cincin itu.
Ternyata cincinnya dijadikan ganjal meja! (ckckckck.....bener-bener...).
Ayah Chae-gyeong berteriak senang karna cincinnya sudah ketemu. Ibu
Chae-gyeong berteriak senang karnanya.
Di
istana, Raja merasa senang karna Shin memutuskan untuk menyetujui
pernikahan itu. Raja bilang, calon istri Shin berasal dari sekolah yang
sama dengan Shin, dari jurusan Seni. Kemudian Raja menyerahkan sebuah
foto pada Shin. Betapa terkejutnya Shin melihat foto itu. Itu foto
Chae-gyeong!
Di
rumahnya, Chae-gyeong sama terkejutnya dengan Shin. Dia menolak
mentah-mentah perjodohan itu. Chae-gyeong ingin mengembalikan cincin
dan medali itu ke keluarga kerajaan dan bilang kalau dia tak ingin
menikah dengan pangeran. Chae-gyeong mencoba membuang cincin itu, tapi
dihalangi Ayahnya. Chae-gyeong bilang dia masih sekolah. Mana mungkin
dia bisa menikah. Lagian mana mungkin pangeran mau menikah dengan
seorang agdis seperti dia. Ibunya bilang, dia akan membelikan
Chae-gyeong mesin jahit kalau Chae-gyeong mau menikah dengan pangeran.
Ayahnya juga bilang, pangeran sudah setuju untuk menikah dengan
Chae-gyeong.
Kemudian
Chae-gyeong bilang, bagaimana dia bisa menikah dengan seseorang yang
mencintai wanita lain. Ayah, Ibu dan adiknya tentu saja kaget
mendengarnya. Kemudian dia bercerita kalau dia melihat dan mendengar
sendiri kalau pangeran sedang melamar gadis pujaannnya. Gadis itu dari
keluarga kaya, anak satu-satunya. Gadis itu cantik dan pandai menari
balet. Itulah kenapa Chae-gyeong tak ingin menikah dengan pangeran.
Mendengar kata-katanya, keluarganya membiarkan Chae-gyeong pergi dan
masuk ke kamarnya.
Shin
sedang berlatih memanah ditemani asisten pribadinya. "Ratu setuju untuk
mengurangi jumlah pengawal yang akan mengawal Anda ke sekolah. Tapi
tentu saja dia khawatir karna sejak peristiwa pertunangan Anda tersebar
keluar, pasti semuanya akan jadi tambah rumit sekarang. Jika anda tak
menyetujui pertunangan ini, mengapa anda melakukan ini semua?" kata
Asistennya. "Apa ada yang dikatakan lagi oleh Ratu" kata Shin dengan
nada dingin. "Ratu sedang sibuk mempersiapkan pestanya. Beliau juga
khawatir kalau calon istri anda tak bisa menerima keadaan di dalam
istana" jawab asistennya. "Kau juga berpikir begitu?" tanya Shin. "Saya
tak berani berkata seperti itu" jawab asistennya lagi. "Bukankah itu
menarik? Di abad ke 21 seperti sekarang ini masih ada peraturan semacam
itu. Tapi tak apa, aku merasa sedikit bosan dan meskipun dia tak sesuai
dengan standar tapi mungkin dia akan membawa sesuatu yang baru disini"
kata Shin.
Di
sekolah, saat sedang bercanda bersama dengan teman-temannya, secara tak
sengaja, Chae-gyeong menabrak Hyo-rin. Chae-gyeong kaget karnanya. Tapi
Hyo-rin seakan tak peduli.
Di
kelas baletnya, semua teman-teman Hyo-rin sedang asyik membicarakan
tentang calon istri Putra Mahkota Lee Shin yang katanya berasal dari
sekolah yang sama dengan mereka. Hyo-rin tersenyum mendengarnya karna
mengira, dialah calon istri Shin.
Hyo-rin
menemui Shin dan bilang kalau semua orang sedang membicarakan dirinya.
Hyo-rin bilang bukankah Shin berjanji akan merahasiakan hubungan mereka.
Shin bilang Hyo-rin tak perlu khawatir. Yang mereka bicarakan bukan
Hyo-rin. Shin juga baru tahu hal itu. Dan berkata Hyo-rin tak perlu
khawatir. Calon istrinya bukan Hyo-rin. Tapi cewek lain yang juga satu
sekolah dengan mereka. Cewek itu mungkin sedih karna melihat dan
mendengar calon suaminya melamar cewek lain. Tentu saja Hyo-rin kaget
mendengar penuturan Shin.
Chae-gyeong sedang ada di beranda rumahnya sedang mengamati bunga, sedangkan kedua ortu dan adiknya ada di ruangan di belakangnya. "Baiklah. Karna suatu saat aku juga akan menikah, jadi tak ada salahnya kalau aku menikah sekarang" kata Chae-gyeong. Tentu saja keluarganya bersorak mendengar kata-katanya itu, tapi tanpa suara. Takut ketahuan lagi nguping. hehehe. Tapi kemudian mereka kecewa karna Chae-gyeong bilang lagi, "Tidak, aku tak bisa melakukannya. Aku masih muda dan masa depanku masih panjang".
"Tapi ini kesempatan sekali seumur hidup. Aku mungkin harus mengambilnya" kata Chae-gyeong tiba-tiba membuat keluarganya senang lagi. Tapi kemudian lesu lagi karna Chae-gyeong bilang "Tidak, tidak, tidak. Kuasai diri. Jangan kehilangan akal sehat. Berpikir yang normal saja". Sepertinya Chae-gyeong memang sengaja mempermainkan mereka. hihihi...
Saat Chae-gyeong berbalik, mereka pura-pura sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kemudian Ibu Chae-gyeong berkata, "Putri Shin, apa kau sudah mempersiapkan diri mengunjungi Ratu besok?". "Siapa juga yang mau bertemu dengannya" sangkal Chae-gyeong. "Tapi kami sudah membuat janji agar kau bertemu dengannya" kata Ayah Chae-gyeong. "Aku tak peduli. Aku tak pernah membuat janji. Tak ada yang harus aku lakukan" kata Chae-gyeong lagi sambil mendesak masuk ke dalam rumah.
Tiba-tiba Chae-gyeong berbalik sambil tersenyum dan berkata, "Haruskah aku bertemu dengannya?". Akhirnya keluarganya sadar kalau Chae-gyeong sedang mempermainkan mereka. Karna kesal, mereka pun melempari Chae-gyeong dengan bantal kursi yang ada di dekat mereka.
Di kamar, Chae-gyeong sedang sibuk mengutak ngutik mesin jahitnya. Chae-jun adiknya turun dari kamarnya yang ada di atas kamar Chae-gyeong. "Sebagai wanita ke-3 paling berpengaruh di Korea, kenapa kau malah sibuk dengan mesin rusak?" tanya Chae-jun. "Kau itu bicara apa?" tanya Chae-gyeong tak mengerti. "Nomor 1 : Ibu Suri, nomor 2 : Ratu, nomor 3 : Putri Mahkota, yaitu kau 'twaeji', " jawab Chae-jun.
Tentu saja Chae-gyeong marah karna adiknya memanggilnya twaeji yang artinya babi. "Beraninya kau memanggil kakakmu babi" kata Chae-gyeong. "Jika kau menikah dengan putra mahkota, aku akan memanggilmu kakak" kata Chae-jun dengan enteng. Chae-gyeong yang kesal pun memukuli adiknya. "Kau pikir aku akan menikah?" tanya Chae-gyeong. "Aku menderita harus naik turun tangga. Jika kau menikah, kamar ini akan jadi milikku. Ini juga baik untukmu. Kau takkan terganggu karna aku berisik. Kau tinggal menikah saja" jawab Chae-jun. "Kau bisa melupakan mimpimu itu" kata Chae-gyeong. "Jika kau tak mau menikah, aku mau. Aku juga lebih cantik darimu!" ledek Chae-jun. Tentu saja Chae-gyeong tak terima dan berkata, "Kau mau mati ya. Jangan lari!". Tapi Chae-jun tentu saja sudah buru-buru kabur dari dalam kamar.
Keesokan harinya, Ibu CHae-gyeong mendandani Chae-gyeong. Ayahnya memujinya kalau Chae-gyeong cantik sekali hari ini. Tapi Chae-gyeong sama sekali tak senang. Sementara Chae-jun sedang asyik makan.
"Aku sudah bilang pada kalian, aku tak mau menikah. Kenapa kalian lakukan semua ini padaku?" kata Chae-gyeong. "Aku tahu perusahaan Ayah sudah bangkrut. Dan karna hal itu Ayah tak bekerja setahun belakangan ini. Dan Ibu bekerja keras untuk membiayai sekolahku yang mahal. Aku tahu kalau kalian berdua sudah bekerja keras untuk kami berdua, Tapi...apa kalian bahagia menjualku seperti ini?" lanjut Chae-gyeong. Ayah dan Ibu Chae-gyeong saling berpandangan, Ayah Chae-gyeong menunduk. Sementara Chae-jun sedang asyik mengamati cincin pertunangan kerajaan. "Baiklah. Anggap saja tak pernah terjadi apa-apa!" teriak Ayah Chae-gyeong sambil merampas cincin yang sedang dipegang oleh Chae-jun lalu membuangnya ke halaman.
Tentu saja Ibu Chae-gyeong tak setuju dengan tindakan suaminya. Sementara Chae-jun berlari keluar untuk mencari cincin itu. Ayahnya bilang tak perlu lagi merasa terancam, uang bukan segalanya. Tapi Ibunya bilang uang itu segalanya. Ayahnya tahu yang dikatakan Ibu benar. Jadi dia hanya bisa menunduk lesu.
"Kau masih muda dan kau tak tahu apa yang terpenting bagi seorang wanita. Hal yang terpenting bagi seorang wanita adalah menikah. Aku tak ingin kau sepertiku. Mengalami kesulitan dalam hidupmu. Itlah kenapa kubilang ini yang terbaik untukmu. Kami tak menjualmu. Bagaimanapun juga ini hidupmu dan kau lah yang harus membuat pilihan. Lupakan saja. Lupakan dan..." kata Ibu Chae-gyeong sambil melirik ke arah suaminya. Ayah Chae-gyeong mengerti, lalu mengambil sebuah bungkusan yang ada disampingnya. Ternyata bungkusan itu berisi mesin jahit model terbaru. Awalnya Chae-gyeong senang, tapi dia tahu harga mesin itu sangat mahal. Chae-jun masuk kembali ke dalam rumah dan berkata dia menemukan cincinnya.
Ayahnya ingin membuang kembali cincin itu, tapi dihalangi oleh Chae-jun. Kakaknya sudah dibelikan sebuah mesin jahit model terbaru. Jadi tak ada salahnya kalau Chae-jun menginginkan cincin ini untuk dipamerkan pada teman sekelasnya karna dia meminta MP3 player tapi tak dibelikan oleh kedua ortunya. Tiba-tiba bel pintu rumahnya berbunyi. Ayahnya pikir itu orang-orang dari istana. Tapi ternyata tamunya orang yang hendak menyita barang-barang mereka karna belum melunasi hutangnya.
Mereka menempeli semua barang-barang di rumah Chae-gyeong dengan kertas merah tanda bahwa barang-barang itu disita karna Ayah Chae-gyeong tak bisa melunasi hutang-hutangnya. Mereka tak mau mendengar meskipun Ibu Chae-gyeong mencoba meminta waktu untuk melunasi hutangnya. Mereka juga bahkan menempeli mesin jahit baru Chae-gyeong dengan kertas merah itu hingga membuat Chae-gyeong tentu saja tak terima. Mereka bahkan menempeli dahi Ayah Chae-gyeong dengan kertas itu juga.
Karna tak terima, Ayah Chae-gyeong berusaha melawan mereka, tapi dia malah jatuh tersungkur. Ibu Chae-gyeong berusaha membantu suaminya, terjadilah keributan. Chae-gyeong tak terima orangtuanya diperlakukan seperti itu. Dia pun ikut membantu kedua orangtuanya. Sementara itu Chae-jun yang memegang sapu hanya bisa diam karna takut pada orang-orang itu. Rambut Chae-gyeong yang tadinya rapi, sudah berubah berantakan.
Chae-gyeong berteriak sambil berusaha melindungi orangtuanya yang hendak diserang saat utusan dari istana datang untuk menjemput Chae-gyeong. Chae-gyeong meminta pada Chae-jun untuk menyerahkan cincin-nya. Kemudian dia pun pergi untuk menemui utusan dari istana dan ikut mereka ke istana untuk menemui ratu sambil menggenggam cincinnya. Sebelum pergi, dia masih sempat mengambil kertas merah dari dahi Ayahnya. Walaupun keluarganya memperingatkan untuk merapikan dulu rambutnya yang berantakan, Chae-gyeong tak terlalu mempedulikannya.
Chae-gyeong pun dibawa ke istana. Sampai disana, dia menyaksikan orang-orang istana yang sedang berlatih memainkan alat musik, ada yang sedang menata meja, dll. Chae-gyeong dibawa ke sebuah ruangan dan diminta menunggu Ratu di tempat itu. Sebelumnya, salah satu dari mereka mengatakan tentang peraturan dalam istana, Chae-gyeong tak boleh memandang mata Ratu, tak boleh memotong pembicaraan Ratu dan harus memanggil Ratu dengan Hwanghung Mama (Yang Mulia Ratu).
Seorang pelayan mengantarkan teh untuk Chae-gyeong. Sepeninggal pelayan itu, Chae-gyeong mengamati sekelilingnya dan melihat ada begitu banyak benda seni yang membuatnya tertarik untuk mengamati. Karna tak hati-hati, dia menyenggol meja berisi keramik tapi keramiknya berhasil diselamatkan olehnya. Setelah itu, dia mencoba untuk meminum teh nya, tapi setelah minum teh itu tumpah ke roknya dan membuat roknya yang berwarna putih jadi terkena air teh yang berwarna merah. Saat itulah terdengar pengumuman kalau Ratu sudah tiba..
Bersambung..............................
Maaf ya....gambarnya ga bisa banyak. Coz susah bgt cr pict nya....미안해 (Mianhae).......
gu family book
Sinopsis Gu Family Book Episode 6 - 1
Kang Chi kecil sangat marah.
Walau wajahnya babak belur, tapi kemarahannya sangat nyata di matanya.
Menatap mata kecil yang penuh
amarah itu, bukannya marah, Tuan Park malah tersenyum sayang. Di hadapannya tak
hanya Kang Chi yang berlutut padanya. Tapi juga lima anak laki-laki yang
semuanya juga babak belur. Dengan sabar, Tuan Park bertanya alasan Kang Chi
memukuli teman-temannya.
“Karena mereka mengatakan kalau
aku adalah anak yang dibuang di sungai!” teriak Kang Chi.
“Apakah kau merasa malu karena
kau dibuang di sungai?”
Mata Kang Chi meredup, dan sambil
menunduk ia menjawab, “Ya.”
Tuan Park tersenyum dan memahami
duduk persoalannya. Dengan berjongkok di depan Kang Chi, ia berkata pelan, “Tapi Kang
Chi.. Kurasa itu adalah kejadian yang sangatl baik.” Kang Chi mendongak heran
dan Tuan Park pun meneruskan, “Jika saat itu kau tak dilarung di sungai .. Aku
tak akan pernah bertemu denganmu.”
Mata Kang Chi berkaca-kaca
menahan haru mendengar kata-kata itu, “Tuanku..”
“Walau tak berhubungan darah, kita dapat menjadi keluarga karena cinta. Di dalam hatiku, kau sudah kuanggap sebagai anakku. Apakah kau mengerti?” |
Kang Chi mengangguk-angguk, tapi
air matanya malah mengalir. Tuan Park menepuk bahu Kang Chi, bangkit dan
berkata pada teman-teman Kang Chi, “Jadi, kalian jangan pernah lagi mengejek
Kang Chi kalau ia adalah anak buangan. Mengejeknya sama dengan mengejekku.”
Anak-anak itu mengkerut segan
pada Tuan Park, sedangkan Kang Chi menatap Tuan Park sambil tersedu-sedu. Tuan
Park kembali menoleh pada Kang Chi dan berkata, “Apakah kau sudah tak apa-apa?”
Kang Chi tertawa sambil terisak
dan mengangguk-angguk bahagia.
Suara tawa Kang Chi kecil itu
terngiang saat Tuan Park menghambur ke depan, menghalangi pedang yang akan
menusuk Kang Chi.
Dan suara tusukan pedang itu mengagetkan semuanya.
“Tuanku…!”
|
Sinopsis Gu Family Book Episode 6 – 1
Semua diam terpaku, kaget melihat
Tuan Park tertusuk pedang. Kang Chi yang lebih dulu pulih dari rasa kagetnya,
mengaum dan memukul ninja itu hingga terjatuh. Ia berbalik langsung menangkap
tubuh Tuan Park dan memanggil, “Tuanku.. Tuanku..!”
Dengan nafas tersengal-sengal,
Tuan Park malah bertanya pada Kang Chi, “Apakah kau baik-baik saja?” Tuan Park
membelai pipi Kang Chi yang basah oleh air mata. Terpatah-patah, ia berkata, “Jangan
pernah lupa, .. kau sudah kuanggap anakku… Kumohon.., lindungilah .. Tae Soo ..
dan .. Chung Jo..”
Nafas Tuan Park tiba-tiba
tersentak dan tangan yang tadi membelai pipi Kang Chi sekarang terkulai lemah.
Kang Chi shock melihat Tuan Park tak bergerak lagi di pelukannya. Ia
menggoncangkan tubuh Tuan Park perlahan dan memanggil Tuan Park, tapi tubuh itu
tetap tak bergerak
“Ayaahh..!” teriak Tae Soo
memanggil ayahnya, menyadarkan semua kalau Tuan Park sudah tiada.
Chung Jo dan Han No terpaku tak
percaya. Nyonya Yoon jatuh ke tanah, tak kuat menerima kenyataan ini. Bahkan
Kepala Polisi pun tak percaya melihat Tuan Park terbunuh.
“Tidak, Tuanku. Bangunlah,” pinta
Kang Chi, menolak untuk percaya kalau Tuannya sudah meninggal. “Kumohon
kembalilah..” Tapi Tuan Park tetak tak bergerak. Menyadari hal ini, Kang Chi
hanya dapat berteriak sekeras-kerasnya meluapkan emosinya.
Dan teriakan Kang Chi itu seakan
memanggil angin untuk bertiup kencang dan menyuruh awan untuk menutup bulan.
Kelopak bunga sakura berterbangan dan api obor pun hampir padam.
Di luar, Biksu So Jung memandangi
penginapan Seratus Tahun dengan khawatir. Di dalam Yeo Wool dan Gon heran
merasakan perubahan cuaca itu.
Mereka mencoba mengintip dari
atap penginapan, dan merasakan angin yang sangat kencang. Gon menutupi Yeo Wool
agar tidak tertiup angin secara langsung.
Semua merasakan terpaan angin
itu, hanya Kang Chi yang tak
mempedulikannya. Matanya menatap Jo Gwan Woong dengan penuh kebencian dan
berteriak, “Aku akan membunuhmu!”
Jo Gwan Woon kaget melihat mata Kang
Chi yang sekarang berubah menjadi kehijauan. Ia tak sempat menghindar saat Kang
Chi melompat menyerangnya sambil berteriak, “AKU AKAN MEMBUNUHMU!!”
Tapi niat Kang Chi terhenti
karena tiba-tiba Biksu So Jung muncul di hadapannya dan langsung menohoknya di
perut. Tak disangka, tongkat Biksu So Jung itu menahannya sehingga ia tak mampu
menggerakkan badannya. Ia mencoba mengerahkan tenanganya tapi sia-sia.
Gelang Kang Chi berpendar lagi,
Kepala pengawal dan Jo Gwan Woong melihatnya, membuat mereka penasaran. Namun
mereka tak dapat memandangi lama karena angin bertiup semakin kencang. Mereka
pun melindungi diri dari terpaan angin yang semakin ribut.
Mendadak angin menghilang dan
bulan pun muncul kembali. Suasana hening, dan mereka semua menyadari kalau Kang
Chi dan Biksu itu telah menghilang! Para tentara itu ribut mempertanyakan
hilangnya Kang Chi.
Tapi tatapan Tae Soo dan Chung Jo
hanya terpaku pada jasad ayahnya yang terbaring di tanah. Perlahan, Tae Soo
mendekat dan memanggil ayahnya. Tapi mata Tuan Park sudah kosong. Tae Soo menangis tersedu-sedu saat menutup mata ayahnya.
Dam Pyung Joon terkejut saat
mendapat kabar kalau sahabatnya, Tuan Park, telah tewas. Begitu pula Lee Soon
Shin, dan ia semakin terkejut saat mendengar kalau Tuan Park dituduh telah
melakukan pengkhianatan.
Kediaman Tuan Park telah
berantakan. Tapi dinding rahasia itu masih tertutup. Begitu pula ruang
penyimpanan harta masih tak terjamah oleh para tentara.
Bong Chul kaget mendengar Tuan
Park dituduh melakukan pengkhianatan. Ia terkejut dan membanting sendoknya saat
diberitahu kalau tuduhan itu didasarkan dugaan kalau Tuan Park membiayai para
pemberontak. Bong Chul pun bertanya-tanya dimana Kang Chi saat itu?
Para penduduk berkerumun di depan
penginapan, dan mereka terkesiap kaget melihat sebuah mayat terbungkus dan
digotong untuk dibawa oleh lembu. Mereka semakin kaget saat keluarga dan para
pelayan Tuan Park didorong-dorong dengan kasar. Chung Jo yang sudah lemah,
terjatuh.
Tapi kepala pasukan malah
menyambar kerah baju agar Chung Jo berdiri dan membentaknya, “Jalanlah yang
benar!”
Chung Jo bangkit dan menepis
tangan tentara itu, “Beraninya kau! Singkirkan tanganmu!” Tapi tentara itu
langsung menamparnya hingga Chung Jo terjatuh, “Wanita jalang! Kau ini hanyalah
putri seorang penjahat tapi kau malah bertingkah seperti bangsawan?”
Chung Jo bangkit lagi dan menatap
penuh rasa marah pada kepala pasukan itu.
Salah satu dari orang yang
berkerumun langsung berteriak membela, “Tak mungkin! Bagaiamana mungkin Tuan
Park adalah seorang penjahat?”
Pembelaan itu seolah menular, dan
teriakan-teriakan protes mulai mengalir dan semakin lama semakin tak
terkendali. Kepala pasukan itu langsung menghunus pedangnya, “Siapa yang berani
memihak pada pemberontak? Yang akan mengeluarkan sepatah kata, akan langsung
dibunuh!”
Dan semua tentara itu berdiri
dengan posisi menyerang pada rakyat yang berkerumun. Orang-orang pun terkesiap
ketakutan dan langsung mundur. Kepala pasukan itu memerintahkan anak buahnya
untuk segera mengangkut jasad Tuan Park.
Tapi gerobak itu tak mau
bergerak. Lembu yang menarikpun juga tak mau maju. Bahkan ketika empat orang
tentara mendorong gerobak itu dari belakang, roda kereta itu tak maju bahkan
sesenti pun.
Orang-orang mulai ramai bergunjing
melihat hal itu. Semakin keras para tentara
itu mendorong, gerobak itu tetap kembali ke tempatnya. Nyonya Yoon menatap
mayat suaminya iba, dan menyuruh para tentara itu untuk minggir.
Nyonya Yoon dengan lembut
mengusap tikar jerami yang menutupi
tubuh almarhum suaminya dan berkata, “Kurasa kau juga tak ingin pergi.. Apakah
kau masih ingin di sini? Semuanya sudah berakhir sekarang.. Jadi..” Nyonya Yoon
tercekat dan berkata pelan, “Lepaskanlah semuanya ini, suamiku…”
Tae Soo terisak, menangis
tersedu-sedu mendengar kata-kata ibunya, “Lepaskanlah semua kebencian yang kau
rasakan. Pergilah..”
Chung Jo menirukan apa yang dilakukan
ibunya, meletakkan tangan di badan ayahnya. Begitu pula Tae Soo.
Pelayan Choi dan Han No juga
mengikuti langkah Tae Soo. Bersama-sama mereka memegang gerobak itu dan mulai
mendorongnya.
Dan keajaiban terjadi. Gerobak
itu bergerak perlahan saat didorong oleh keluarga Tuan Park. Kepala pasukan itu
terkejut melihat kejadian itu.
Begitu juga orang-orang yang
menyaksikannya. Semua terisak, tak peduli pria maupun wanita, rakyat biasa
maupun para bangsawan, menangisi kepergian Tuan Park. Suasana haru, tangis pilu
dan doa menyertai perjalanan almarhum Tuan Park dan seluruh keluarga yang
sekarang menjadi tawanan.
Bong Chul heran karena tak
melihat Kang Chi, bahkan ujung rambutnya. Salah satu kroninya menduga kalau
Kang Chi melarikan diri. Tapi Bong Chul tak percaya hal itu.
Suara seorang tentara membenarkan
dugaan itu. Sambil menempelkan kertas pengumuman, tentara itu mengatakan kalau
Kang Chi melarikan diri setelah membunuh Tuan Park. Bong Chul kaget mendengar
pernyataan yang tak masuk akal itu. Walaupun imbalan jika bisa menyerahkan Kang
Chi sangatlah menggiurkan. 200 nyang.
Yeo Wool marah, tak percaya kalau
Kang Chi dituduh sebagai pembunuh Tuan Park. Malam itu, semua orang menyaksikan
bagaimana Tuang Park ditusuk oleh pengawal Jo Gwan Woong.
Gon menduga kalau kubu Jo Gwan
Woong takut pada kemarahan rakyat Yosu
yang menganggap Tuan Park sebagai dewa. Dan dengan hilangnya Kang Chi, kubu Jo
Gwan Woong langsung menimpakan tuduhan pembunuhan itu pada Kang Chi.
Begitu mudah gossip menyebar.
Orang-orang langsung melihat pengumuman pencarian Kang Chi dan menuduh Kang Chi
sebagai orang yang tak tahu berterima kasih dengan membunuh ayah angkatnya
sendiri. Mereka juga berkomentar kalau itu sebabnya orang sebaiknya tak
memungut anak yang dibuang.
Dari kejauhan, Biksu So Jung
mengatai perkembangan ini dengan sedih dan khawatir.
Gon mencoba mencegah Yeo Wool
yang berniat untuk mencari Kang Chi. Ia menyarankan agar Yeo Wool untuk tidak
membuat kekacauan dan segera kembali ke rumah.
Sambil tetap berjalan, Yeo Wool
menolaknya.
“Bicaralah dulu pada Tuan (Dam),”
saran Gon kembali.
“Tak mau.”
“Yeo Wool-ssi!,” Gon menarik
tubuhnya Yeo Wool. Tapi saat itu Yeo
Wool berteriak mengungkapkan kekhawatirannya, “Saat itu pasti sudah terlambat!”
“Jika kita berpikir dan
berdiskusi terus, mungkin semuanya akan terlambat,” kata Yeo Wool lebih tenang.
“Semalam, kita tak dapat melakukan apapun dan hanya bisa melihat Tuan Park
meninggal. Jika anak itu ditangkap dengan tuduhan pembunuhan, jelas ia pasti
akan mati.”
Gon bertanya apa yang akan Yeo
Wool lakukan jika telah menemukan Kang Chi? Apakah Yeo Wool akan
menyembunyikannya? Dan Gon naik darah mendengar Yeo Wool mengiyakannya, “Dan
bagaimana jika nona dituduh sebagai kroninya? Tuan dan semua orang kita akan
ikut terseret. Apakah nona tak memikirkannya?”
“Saat ini yang akan aku lakukan
adalah menemukannya dulu,” tekad Yeo Wool, “Setelah itu aku akan memikirkan
langkah berikutnya.” Dan Yeo Wool pun berbalik pergi.
“Mengapa?” tanya Gon menghentikan
langkah Yeo Wool. “Mengapa kau sangat peduli padanya?”
Yeo Wol berbalik dan menjawab,
“Ia telah menyelamatkan nyawaku. Dua kali. Tentu saja aku sangat peduli
padanya. Bukankah harusnya begitu?”
Dan Yeo Wool pun berlalu pergi.
Gon hanya bisa mendesah frustasi.
Seluruh anggota keluarga Park
termasuk para pelayan dibawa ke kantor polisi. Semua akan dijebloskan ke dalam
penjara. Kecuali Tae Soo yang akan diinterogasi.
Chung Jo dan Nyonya Yoon
terkejut. Diinterogasi itu sama saja dengan disiksa. Nyonya Yoon berkata kalau
anaknya tak tahu apa-apa. Tapi Nyonya Yoon malah didorong hingga jatuh.
Dibantu Chung Jo berdiri, Nyonya
Yoon bertanya marah, “Kejahatan apa yang kami lakukan? Kau mengambil nyawa
suamiku. Kenapa kau sekarang mengambil anakku? Tak boleh. Bawa saja diriku.
Bunuh saja diriku!”
Tae Soo menenangkan ibunya, “Ibu,
jangan lakukan ini,” tapi Nyonya Yoon masih belum bisa tenang, sehingga Tae Soo
harus menggoncangkan tubuh ibunya dengan lebih keras, “Ibu!”
Menatap wajah ibunya, Tae Seo
mencoba tegar dan memaksakan senyum padanya, “Aku akan baik-baik saja. Tak akan
terjadi apa-apa padaku selama ibu masih ada di sini. Aku tak akan menjadi anak
yang tak berbakti. Jangan khawatir..”
Ibu menangis dan memeluk Tae Soo.
Tapi para tentara itu segera menarik Tae Soo dari pelukan ibunya sehingga ibu
berteriak histeris, tak rela melepaskan anaknya.
Dan Tae Soo dibawa ke lapangan
untuk diinterogasi. Hatinya sedikit ciut melihat alat-alat penyiksaan yang
disediakan untuknya.
Kepala polisi muncul dan memimpin
interogasi. Tapi dari anggukannya pada ruangan yang tertutup kelambu,
menunjukkan kalau pimpinan sebenarnya adalah orang di dalam ruang tertutup itu.
Si Jo Gwan Woong. Ia duduk sambil
menyesap tehnya. Dan interogasi itupun dimulai.
Di penjara, mereka semua
menunggu. Pak Choi, ayah angkat Kang Chi, bertanya-tanya kemana Kang Chi
menghilang? Han No hanya bisa mendengarkan tanpa tahu jawabannya juga.
Tiba-tiba terdengar erangan Tae
Soo. Ibu mendongak ke atas, mendengarkan asal suara itu. Ia pun berdiri dan
meminta penjaga untuk melepaskannya, “Apa yang kalian lakukan pada anakku? Buka
pintu ini!”
Penjaga itu menyuruh ibu untuk
tak membuat keributan. Tapi ibu terus menangis dan memohon penjaga itu untuk
melepaskannya. Penjaga itu tak menggubris kata-kata ibu malah berlalu pergi.
Suara erangan itu terdengar lagi.
Chung Jo buru-buru menutup
telinga ibunya, “Jangan dengarkan itu. Ibu harus bisa bertahan. Ibu harus bisa
menahannya.”
Ibu semakin menangis mendengar
erangan Tae Soo lagi. Terus menangis hingga akhirnya badannya tak kuat menahan
penderitaan itu. Ibu pun pingsan.
Para pelayan langsung mengerubuti
ibu, menangis, tak tahu apa yang akan terjadi pada nyonya mereka. Masih
menangis, mereka mencoba membangunkan ibu.
“Diam! Jangan menangis!” perintah
Chung Jo. Para pelayan baik pria maupun wanita, memandang nona muda mereka yang
bersikap tegar, “Jangan mengeluarkan suara tangisan. Jangan merasa lemah. Kita
harus menahannya. Kita harus bisa bertahan.”
Tapi dalam hati Chung Jo
menangis, bertanya pada Kang Chi, “Kang Chi, dimanakah dirimu? Kang Chi-ah!”
Dan Kang Chi tiba-tiba tersentak bangun.
Dan Ia heran melihat tempat yang belum pernah ia lihat. Masih merasakan efek
pukulan tongkat Biksu So Jung, ia pun keluar dari gua dan terheran-heran
melihat daerah itu. Taman Cahaya Bulan.
Tiba-tiba Biksu So Jung muncul.
Ia membawakan makanan untuk Kang Chi dan bertanya bagaimana sakit di perut
akibat tongkatnya.
Kang Chi merasakan sakit di
perutnya. Tapi rasa itu juga mengingatkannya pada hal lain, “Tuanku.. “ Ia pun
bertanya pada Biksu So Jung, apa yang terjadi pada Tuan Park, Chung Jo dan Tae Soo,
“Apa yang terjadi pada yang lainnya? Mengapa aku hanya sendirian di sini?”
Biksu So Jung tak menjawab malah mengajak
Kang Chi untuk makan karena ia telah membawa beberapa makanan untuknya.
Tahu ia tak akan mendapat
jawaban, Kang Chi berbalik pergi. Tapi Biksu So Jung menghentikannya, “Tak ada
hal lain yang dapat kau lakukan sekarang.” Kang Chi berbalik menghadap Biksu So
Jung yang berkata, “Bahkan jika kau kembali pun kau tak dapat merubahnya lagi.
Jadi lupakan tentang Penginapan Seratus Tahun. Tinggallah di sini dengan tenang
selama 10 hari.”
Kang Chi menganggap ucapan Biksu
itu tak masuk akal dan merasa sangat kesal. Rumah yang harus ia tinggali adalah
Penginapan Seratus Tahun. Keluarganya ya keluarga di sana. “Kau memintaku untuk
melupakannya? Dan apa yang akan aku lakukan di sini?”
“Akulah yang seharusnya marah
padamu!” Biksu So Jung balas berteriak, “Percuma juga membaca tanda-tanda langit
dan meramalkannya untukmu karena kau tak mau mendengarka ramalanku!
Kang Chi mengerutkan kening,
heran. Biksu So Jung mengingatkan Kang Chi kalau sebelumnya ia sudah
mengingatkan Kang Chi untuk tak memasuki penginapan sampai keesokan harinya, “Jika
kau tak di sana, Tuan Park pasti tak akan mati seperti itu.”
Kang Chi terkejut mendengar
kata-kata pahit Biksu So Jung. Tapi Biksu So Jung tetap memintanya untuk mendengarkannya
dan tetap tinggal di tempat ini sebelum sesuatu yang buruk akan terjadi.
“Tak mau!” Kang Chi berbalik
pergi.
“Ini adalah keinginan terakhir
dari ibumu.” Kata-kata Biksu So Jung membuat Kang Chi terpaku.
“Apa yang kau bilang?” Kang Chi
menatap So Jung tak percaya, “Ibuku? Apakah kau mengenal ibuku?”
“Aku adalah sahabat ayahmu dulu,”
kata Biksu So Jung, membuat Kang Chi menatapnya, antara percaya dan tak
percaya.
Tae Soo sudah babak belur dan
berdarah-darah. Jo Gwan Woon menhampiri Tae Soo dan dengan kipasnya, ia
memeriksa wajah Tae Soo yang kemudian hanya bisa mendecakkan lidah, pura-pura
menyesali mengapa Tae Soo ragu untuk melaporkan dirinya ke aparat pemerintah.
Tae Soo teringat pertemuan
terakhir itu. Saat itu ia mengatakan kalau ia sebenarnya ingin menjebloskan Jo
Gwan Woong ke penjara, tapi ayahnya mencoba menghormati Jo Gwan Woong yang
pernah menjabat sebagai Asisten Menteri.
Dan seakan menabur luka di hati
Tae Soo, Jo Gwan Woong berkata, “Ckckck.. Kelakuanmu itu yang telah membunuh
ayahmu.”
Ughh.. si Jo Gwan Woong ini menyalahkan
semua orang atas kematian Tuan Park, kecuali dirinya sendiri.
Tae Soo bersumpah akan membunuh
Jo Gwan Woong bagaimanapun caranya. Sumpah serapah itu hanya ditanggapi enteng
oleh Jo Gwan Woong yang berkata, “Dulu, banyak orang yang mengatakan hal
seperti itu padaku.. dan aku telah membunuh mereka yang pernah mengatakan itu
padaku. Apa kau mengerti sekarang? Apa artinya kalau kau bertentangan denganku?”
Jo Gwan Woong meninggalkan Tae Soo
yang berteriak marah padanya.
Di ruangannya kepala pengawal
memberitahukan kalau mereka tak berhasil menemukan Kang Chi walau sudah
mencarinya kemana-mana. Jo Gwan Woong
merasa terusik dengan Kang Chi karena tatapan Kang Chi yang menggangu. Jo Gwan
Woong bertanya pada Kepala penjaganya, apa yang mungkin terjadi.
Kepala pengawal menduga kalau hal
itu pasti berkaitan dengan gelang yang Kang Chi pakai. Setiap Kang Chi
berkelahi, ia melihat gelang itu bersinar misterius. Ia mendengar kalau ada
yang beberapa orang yang memakai
aksesoris untuk membantu mereka untuk bertempur.
Dan Jo Gwan Woong pun semakin
penasaran atas identitas asli Kang Chi, “Jangan bunuh dia. Bawa dia padaku
hidup-hidup.”
Kepala polisi datang menghadap
untuk memberitahukan hasil interogasinya yang nihil. Tak ada pengakuan yang
dapat diambil dari Tae Soo. Tapi bagi Jo
Gwan Woong, semua itu bukan masalah karena mereka sudah memiliki bukti di
tangan. Dan Kang Chi yang membunuh Park Mu Sol.
Kepala polisi agak ragu. Ia pun
bertanya apa yang akan terjadi pada Penginapan 100 tahun dan keluarga setelah kejadian ini. Jo
Gwan Woong tersenyum dan menyuruh untuk melakukan cara yang biasa, “Bunuh ahli
warisnya dan jual seluruh anggota keluarga yang lainnya sebagai budak. Dan aku
akan membeli penginapan itu dengan harga yang pantas.”
Kepala polisi terbelalak
mendengar Jo Gwan Woong sendiri yang ingin membeli penginapan itu. Tapi matanya
semakin terbelalak, kali ini penuh antusiasme
setelah Jo Gwan Woong berjanji untuk memberikan posisi Kepala polisi di provinsi.
Mata Kepala Polisi semakin
berbinar-binar saat Jo Gwan Woong mengatakan, “Selama kita ada di pihak yang
sama, aku akan dapat membantumu agar dinaikkan di ranking yang lebih tingi.”
Terbata-bata, Kepala Polisi
menyembah Jo Gwan Woong dan berterima kasih padanya . Ia berjanji untuk
menyiapkan segalanya agar Jo Gwan Woong dapat mengambil alih penginapan Seratus
tahun itu sebagai miliknya.
Komentar:
Entah apa yang terjadi nanti.
Tapi sosok Chung Jo sangatlah kasihan. Kehilangan ayahnya. Kehormatannya
terancam (jika ia nanti menjadi gisaeng. Ughh..!), dan ada kemungkinan Kang
Chinya akan berpaling pada gadis lain.
Rasanya tragis sekali. Dan entah
mengapa, saya selalu menghubungkan Kang Chi - Chung Jo – Yeo Wool dengan Thio
Bu Ki – Ci Jiak – Tio Beng (To Liong To).
Saya kok merasa nantinya para preman itu nanti akan jadi sekutunya Kang Chi, ya? Dan jangan-jangan anak-anak kecil yang berkelahi dengan kang Chi itu adalah kelompok Bong Chul juga?
Dan terakhir, ayo tunjuk tangan siapa yang mau ngebungkus Jo Gwan Woong plus kepala polisi ke pulau terpencil agar mereka berdua bisa hidup (tak) bahagia selamanya? Sebel deh ama mereka berdua.
Saya kok merasa nantinya para preman itu nanti akan jadi sekutunya Kang Chi, ya? Dan jangan-jangan anak-anak kecil yang berkelahi dengan kang Chi itu adalah kelompok Bong Chul juga?
Dan terakhir, ayo tunjuk tangan siapa yang mau ngebungkus Jo Gwan Woong plus kepala polisi ke pulau terpencil agar mereka berdua bisa hidup (tak) bahagia selamanya? Sebel deh ama mereka berdua.
Langganan:
Postingan (Atom)